TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Enggan Pergi {3}



Enggan Pergi {3}

"Jika kau masih tak percaya dengan apa yang kami ucapkan dan dengan perhitungan kami. Ayo, ikutlah dengan Ibu, Anqier. sebab Dewa Li mengatakan kepada Ibu kalau kamu kembali, Ibu harus memberitahunya, karena Dewa Li ingin bertemu dan berbicara penting denganmu," kata Liu Ding Han pada akhirnya.     

Liu Anqier pun akhirnya menurut, dia berjalan menuju tempat yang sudah ibunya berjalan terlebih dahulu, sebuah tepian sungai dengan pusaran air yang cukup deras, di sana ada sebuah lubang yang Liu Anqier sama sekali tak tahu lubang apa itu. Hanya saja lubang tersebut tertutup sempurna oleh kabut.     

"Ibu, lubang apakah itu? apakah itu lubang dari dimensi lain?" tanya Liu Anqier. merasa kesal, Yang Si Qi langsung menjotos kepala Liu Anqier, membuat Liu Anqier akhirnya mendengus juga.     

"Kau pikir kau sedang berada di mana, Nona Liu? Sehingga kau memiliki pikiran gila seperti itu."     

"Bukankah ini sama saja dengan pikiran gilamu, Si Qi? Kau bilang kalau Chen Tao adalah Putra Mahkota Kerajaan Langit. Lalu kau bilang aku adalah Dewi. Lantas bagian mana yang menurutmu itu tidaklah lucu? Apa kau pikir aku abadi? Aku punya sayap? Aku bisa terbang sampai ke langit? kau benar-benar gila! Aku sama tidak mengerti jalan pikiran kalian."     

"Sebab ingatanmu telah hilang, itulah sebabnya kamu tidak mengerti,"     

Semua orang menoleh, mereka melihat sosok yang sedang berdiri di belakang mereka. sosok memakai pakaian serba putih yang tampak berkilauan, wajahnya masih tampak mud ajika dilihat dari rambutnya yang putih sempurna itu. bentukannya rapi, semua pun rapi. Auranya benar-benar begitu dalam dan menenangkan. Aura agung yang tampak sangat nyata.     

"Nona Liu, kita bertemu lagi," kata Li Qian Long pada akhirnya.     

Liu Anqier masih terdiam, bertemu lagi? Dia sama sekali tidak merasa pernah bertemu dengan laki-laki tua di depannya ini. dia benar-benar merasa jika ini adalah pertemuan yang pertama bagi keduanya. Ya, Liu Anqier benar-benar yakin akan hal itu.     

"Bertemu lagi? Maaf, Tuan. Aku sama sekali tidak tahu siapa kamu. Aku juga tidak pernah merasa telah bertemu dengan kamu. Jadi aku rasa, sepertinya ini adalah kali pertama kita bertemu," kata Liu Anqier mencoba untuk menegaskan.     

Yang Si Qi dan Liu Ding Han tampak memandang Li Qian Long. Untuk kemudian keduanya bertekuk lutut di depan sosok itu. Liu Anqier tampak memandang keduanya dengan tatapan aneh, hingga akhirnya Liu Ding Han menarik tangan putrinya untuk ikut berlutut di depan Li Qian Long.     

"Nyonya Liu, biarkan. Jangan pernah suruh Nona Liu untuk berlutut di depanku," kata Li Qian Long.     

"Dia siapa?" tanya Liu Anqier pada ibunya pada akhirnya.     

"Apa kau tak mengenalnya, Anqier? sosok yang ada di depanmu itu adalah Dewa Li. Dewa tertinggi di kerajaan langit."     

Mendengar jawaban dari ibunya, Liu Anqier tampak terbelalak kaget. Dia tak pernah menyangka jika dia akan bertemu dengan Li Qian Long di alam manusia seperti ini.     

"Nona Yang, Nyonya Liu, bisakah kalian tinggalkan kami berdua? Aku ingin bicara empat mata dengan Nona Liu," pinta Li Qian Long pada akhirnya.     

Yang Si Qi dan Liu Ding Han hanya bisa saling pandang, untuk kemudian keduanya mengangguk dengan patuh.     

"Baiklah, Dewa Li. Kami izin pamit dulu," kata keduanya. Liu Ding Han memandang putrinya dengan begitu sayang, kemudian dia tersenyum lalu membiarkan putrinya berada di sana dengan Li Qian Long.     

Setelah keduanya pergi, Liu Anqier hanya bisa diam. Dia sama sekali tidak tahu harus apa sekarang ini. Dia sama sekali bingung harus berkata apa sekarang. Yang dia begitu penasaran adalah apakah sosok yang ada di depannya ini benar-benar Dewa Li, Dewa tertinggi kerajaan langit atau tidak.     

"Apakah kau, Dewa Li? Dewa Li yang sesungguhnya?" tanya Liu Anqier pada akhirnya.     

Li Qian Long tampak tersenyum, kemudian dia menghela napas panjang. Berjalan mendekat kemudian memandang Liu Anqier yang memandangnya dengan tatapan yang memang benar-benar seolah jika Liu Anqier ragu dengannya.     

"Nona Liu bisa mengetesku dengan belati yang ada di balik bajumu. Bukankah belati itu tidak akan mempan untuk memusnahkan Dewa tertinggi kerajaan langit? karena belati itu terbuat dari salah satu timah terbaik di istana langit."     

Mendengar hal itu, Liu Anqier kaget luar biasa. Dia sama sekali tak menyangka, jika sosok yang ada di depannya ini bahkan tahu apa yang dia bawa. Tentang belati itu, Liu Anqier kini mulai percaya jika sosok yang ada di depannya ini adalah benar-benar Dewa Li, Sang Dewa tertinggi di kerajaan langit.     

"M… maafkan hamba, Dewa Li. Hamba benar-benar—"     

"Nona Liu, apa yang perlu dan tak perlu dimaafkan? Tidak percaya dan ragu adalah hal manusiawi sekali. dan aku benar-benar sangat paham dengan hal itu," kata Li Qian Long.     

Liu Anqier hendak memberikan hormat kepada Li Qian Long, tapi tangan Li Qian Long dengan cepat menahan tubuh Liu Anqier untuk melakukan itu.     

"Tidak… bukan seperti itu," kata Li Qian Long pada akhirnya.     

"Maksud Dewa Li?" tanya Li Qian Long bingung.     

Dan betapa terkejut Liu Anqier saat Li Qian Long memberi hormat kepadanya dan berlutut tepat di depannya. Liu Anqier bahkan langsung melangkah mundur dengan seketika.     

"Dewa Li, apa yang kau lakukan?"     

Li Qian Long mengangkat kedua tangannya, matanya tampak nanar. Wajahnya menunduk dalam-dalam. Sesekali dia menelan ludahnya yang mengering.     

"Maafkan aku, Dew Anqier. Maafkan aku," katanya kemudian.     

Napas Liu Anqier tersengal mendengar hal itu, air matanya menetes begitu saja di kedua pipinya. Dia sama sekali tak tahu apa yang harus dia lakukan. Apa yang harus dia katakan. Mulutnya kelu, hatinya entah kenapa tiba-tiba terasa ngilu. Liu Anqier tak tahu kenapa tiba-tiba merasa sesak yang begitu dalam.     

"Semua kesialan dalam hidupmu, mulai dari kamu berada di istana langit, sampai saat kamu menjadi manusia, semua yang kamu lalui, semua yang telah kamu rasakan. Rasa hina, rasa sakit, rasa patah hati, dan semuanya bercampur aduk menjadi satu adalah karena takdir yang telah aku tulis, Dewi Anqier."     

"Dewa Liu, apa yang kau katakana ini? aku benar-benar tidak paham sama sekali. Aku benar-benar tidak tahu apa kau maksudkan. Aku tidak merasa jika kau telah melakukan kesalahan kepadaku, aku—"     

Ucapan Liu Anqier terhenti, saat kepalanya mendadak terasa sangat sakit. Suara nyaring yang masuk ke telinganya terasa begitu nyata. hingga saat dia mulai melihat bagian-bagian yang dia sama sekali tidak pernah bayangkan sebelumnya. Bagaimana bisa, semuanya kini bercampur aduk menjadi satu. Antara kenyataan dan bahkan mungkin yang dia lihat itu adalah khayalan. Antara apa yang dia lihat menjadi hal yang lama-lama jadi sangat menakutkan. Liu Anqier merasa jika tiba-tiba dirinya menggigil, kemudian dia melihat bayangan dirinya sedang berdiri di sebuah tempat yang begitu indah. Sebuah bayangan Chen Liao Xuan pun ada di sana, memandangnya, memeluknya, dan menciumnya dengan penuh cinta. Sebuah bayangan-bayangan yang nyaris membuat Liu Anqier gila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.